Sensor Arus TA12-200 dan Coding Arduino


Sensor Arus TA12-200 dan Coding Arduino
Sensor arus yang digunakan pada rancangan alat ini adalah TA12-200. Sensor ini menurunkan arus dengan rasio 1:2000.  Dengan beban maksimal 5 ampere dan memiliki hambatan sebesar 800 ohm.

Bentuk fisik sensor arus TA12-200
Sensor arus yang digunakan adalah sensor TA12-200 yang mana sensor ini digunakan untuk mengukur arus AC pada MCCB motorized. Sensor ini berkerja dengan cara menurunkan arus yang masuk pada cincin Current Transformator dengan rasio 1:2000.

Spesifikasi sensor arus TA12-200


Sesuai pengalaman saya saat menggunakan sensor ini, pada aplikasi dilapanganannya hasil step down arus pada trafo ct TA12-200 tidak begitu akurat. Jadi harus dikalibrasi di coding arduinonya. Namun Sensor TA12 atau pun ZMPT yang menggunakan cicin CT masih lebih akurat dibanding dengan sensor ACS712 yang menggunakan hal effect.

Coding sensor arus TA12-200

const int inputArusR = A9;
long lastSample = 0;
long sampelArusR = 0;
int sampleCount = 0;
int arusR = 0;

void setup() {
Serial.begin (115200);
}

void loop() {
if(millis() > lastSample + 1)
  {
    sampelArusR += (analogRead (inputArusR));
    sampleCount++;
    lastSample = millis ();
  }

  if(sampleCount == 50)
  {
    float meanArusR = sampelArusR / sampleCount;
     arusR = (meanArusR / 0.5) * 2000 / 800 ;
     //2000 itu rasionya kan 2000: 1 untuk TA12-200
     //800 itu hambatanya
     //0,5 itu kalibrasi aja suka suka , soalnya kluarannya kan AC bukan DC
     // sampelArusR itu ADC yang belum dirata rata
     //samplecount itu bnyaknya percobaan pengambilan sample
     // meanArusR itu ADC rata rata
  }

   Serial.println (String(arusR));
   sampelArusR = 0; //untuk reset hasil sample kembali ke 0
   sampleCount = 0; // untuk reset percobaan kembali ke 0
   delay (100);
  }




Untuk Coding sensor arus klik di SINI

Counter Up dan Counter Down dengan menggunakan simulasi circuit wizard


Counter Up dan Counter Down dengan menggunakan simulasi circuit wizard

Sederhananya conter up adalah perubahan angka dari kecil menjadi besar sedangkan conter down adalah kebalikannya yaitu dari besar ke kecil. Dalam kesempatan ini saya angkan membahas tentang cara membuat counter Up dan counter down menggunakan simulasi circuit wizard.
Adapun bahannya
1. Push button 1
2. Push button 2
3. IC 74192 2 unit
4. IC 7447 2 unit
5. 2 seven segment dengan common anode

Fungsi Bahan
1. Push button 1
Untuk mentriger IC untuk melakukan Counter Up dan Counter down
2. Push button 2
Untuk Melakukan reset angka
3. IC 74192
Otak untuk melakukan Counter Up dan counter down
4. IC 7447
Untuk menerjemahkan Perintah IC 74192 sehingga bisa di baca oleh seven segment.
5. Seven segment
Untuk menampilkan display angka , (catatan : sevensegment yang digunakan memilik common anode).


Counter UP


Counter Down





Data Counter Up cicuit wizard click di SINI
Data Counter Down Circuit wizard clik di SINI

Membuat Sensor tegangan arduino

Sensor Tegangan Arduino
           
            Sensor tegangan untuk arduino banyak dijual dipasaran dengan harga yang bermacam macam sesuai dengan kualitas barang. Akan tetapi seringkali sensor yang kita beli tidak akurat pengukurannya yang disebabkan berbagai macam factor.

            Pada postingan ini Saya akan memandu bagaimana prinsip kerja sensor tegangan arduino dan bagaimana cara membuat modul sensor buatan tangan anda.

Spesifikasi Arduino

Sesuai dengan data sheet, arduino mampu menerima input pada pin Analog (A0) Maksimal 5 Volt dengan arus sebesar 40mA. Ketika pin Analog arduino  menerima 5 Volt maka arduino akan membaca nilai ADC sebesar 1023.

Rangkaian Sensor Tegangan Arduino


Gambar rangkaian ketika diberi tegangan 240 Vac menggunakan circuit wizard

Gunakan Trafo non CT dengan input 240V dan keluaran 6V, anda dapat menggunakan CT dengan besar 1 Ampere agar tidak terlalu memakan tempat. Tegangan akan di searahkan dengan diode bridge, anda dapat melihat fungsi diode bridge di postingan sebelumnya. Tegangan DC yang keluar dari diode bridge akan masuk ke Kapasitor. Fungsi kapasitor disini untuk mengurangi ripple teganganan / menstabilkan tegangan biar tidak naik turun. Tegangan DC akan diberi beban resistor, tujuan resistor ini untuk memberi beban pada arduino sehingga sensor dapat terbaca, tetapi ingat!!! Beban tidak boleh lebih dari 40mA ketika berada di 5 Volt, karna akan membuat arduino error atau rusak.

Pemilihan trafo
Karena beban yang kita gunakan tidak lebih dari 50mA atau 0,05A maka cukup gunakan trafo 1 ampere saja. Sesuai gambar diatas tegangan output yang diingin kan adalah 6 volt ketika input trafo 240 Volt. Ketika menggunakan rasio 240V=6V maka tegangan yang boleh masuk pada trafo adalah sebesar 400V karena hasil stepdownnya adalah 10V, yang nantinya 10V akan menjadi 5Vketika melalui resistor.

Pemilihan Diode
Tegangan 6volt dan arus masuk 0,05A total 0,3 Watt.  Gunakan diode 1 watt saja sebanyak 4 buah.

Pemilihan kapasitor.
Tegangan yang masuk 6 volt DC , gunakan kapasior 25V  1000µF.

Pemilihan Resistor
Gunakan resistor 1 watt 100Ω sebanyak 2 buah.

Kenapa 100Ω ?
Untunk lebih paham perhatikan gambar dibawah.


Kesimpulan :
Tegangan yang dapat masuk ke sensor tegangan maksimal 400Volt sehingga arduino menerima tegangan 5 volt. Ketika diberi tegangan nominal 240Volt maka arduino akan menerima tegangan hanya 3Volt.

Koding Arduino

#define input A15 //ganti A15 sesuai dengan pin analog yang digunakan
long lastSample = 0;
long sampleSum = 0;
int sampleCount = 0;
int nilai_adc = 0;
int Volt_RMS= 0;
int CorrectionVolt_RMS = 0;
int Volt_ADC = 0;
void setup() {
  Serial.begin (9600);
  }

void loop() {
  nilai_adc = analogRead(input);
  if(millis() > lastSample + 1)
  {
    sampleSum += (analogRead (input));
    sampleCount++;

    lastSample = millis ();
  }

  if(sampleCount == 10)
  {
    float mean = sampleSum / sampleCount;
    float value = sqrt (mean);
  Volt_RMS = map(mean, 00, 1023, 00,  400);
 // maping harus sesuai dengan pengan kalibrasi
// maping diatas menunjukan bahwa saat sensor diberi tegangan 5volt DC maka arduino membaca 1023 ADC dan menampilkan tegangan 400 volt pada serial monitor sebagai nilai dari Volt_rms. Jadi nilai 400 di coding maping harus di ubah sesuai dengan tegangan maksimal ketika arduino mendapat tegangan 5 volt.

  CorrectionVolt_RMS = Volt_RMS + 8; //ubah angka 8 sesuai dengan kalibrasi
  // jika hasil sensor kurang 8 volt dari hasil pengukuran AVO meter maka di tambah 8
  if (CorrectionVolt_RMS == 8) // angka 8 di ganti sesuai dengan kalibrasi
  {CorrectionVolt_RMS = 0;}
  Volt_ADC = mean * (5.0 / 1023.0);
  Serial.println (String (nilai_adc));//jumlah adc
  Serial.println (String (mean)); // adc rata rata
  Serial.println (String (Volt_RMS)); //tegangan rata rata
  Serial.println (String (CorrectionVolt_RMS)); //tegangangan rata rata setelah kalibrasi
  Serial.println (String (Volt_ADC));//jumlah tegangan ADC
  Serial.println ();
  sampleSum = 0;
  sampleCount = 0;
  delay (1500);
  }
}
coding sensor tegangan klik DI SINI

Pengertan, fungsi, dan prinsip kerja relay


Pengertian Relai
 Gambar1  Bentuk dan simbol relai

Relai merupakan bentuk hambatan terdiri atas titik-titik kontak bawah dengan gulungan spool-nya tidak bergerak dan titik kontak bagian atas yang bergerak. Prinsip kerja hambatan adalah menghubungkan titik-titik kontak bagian bawah dengan titik bagian atas yaitu terletak gulungan spool dialiri arus listrik yang timbul elektromagnet. (Dickson, 2017). Secara sederhana relai elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :
1.           Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka) kontak saklar.
2.     Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik. Bagian titik kontak dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian kontak utama dan kontak bantu yaitu bagian kontak utama gunanya untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik bagian yang menuju beban/pemakai. Bagian kontak bantu gunanya untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik ke bagian yang menuju bagian pengendali. Kontak Bantu mempunyai 2 kontak yaitu normally close (NC) dan normally open (NO) menandakan masing-masing kontak dan gulungan spool. Secara umum, relai digunakan untuk memenuhi fungsi–fungsi berikut : 
1.        Remote control : dapat menyalakan atau mematikan alat dari jarak jauh.
2.        Penguatan daya : menguatkan arus atau tegangan.
3.        Pengatur logika kontrol suatu sistem. 
Susunan kontak pada relai adalah:
1.      Normally Open : Relai akan menutup bila dialiri arus listrik.
2.      Normally Close : Relai akan membuka bila dialiri arus listrik.
3.      Changeover : Relai ini memiliki kontak tengah yang akan melepaskan diri dan membuat kontak lainnya berhubungan.
Pada dasarnya, Relai terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :
1.        Electromagnet (Coil)
2.        Armature
3.        Switch Contact Point (Saklar)
4.        Spring
Seperti saklar, relai juga dibedakan berdasar pole dan throw yang dimilikinya.
1.        Pole : banyaknya contact yang dimiliki oleh relai 
2.        Throw : banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki contact. 

Gambar2 Bentuk dan simbol relai

Kontak normally open akan membuka ketika tidak ada arus mengalir pada kumparan, tetapi tertutup secepatnya setelah kumparan menghantarkan arus atau diberi tenaga. Kontak normally close akan tertutup apabila kumparan tidak diberi tenaga dan membuka ketika kumparan diberi daya. Masing-masing kontak biasanya digambarkan sebagai kontak yang tampak dengan kumparan tidak diberi tanaga atau daya.
Relai terdiri dari 2 terminal trigger, 1 terminal input dan terminal output.
1.      Terminal trigger : yaitu terminal yang akan mengaktifkan relai, seperti alat elektronik lainya relai akan aktif apabila di aliri arus + dan arus -.
2.      Terminal input : yaitu terminal tempat kita memberikan masukan.
3.        Terminal output : yaitu tempat keluarnya output pada relai
            Berikut ini penggolongan relai berdasar jumlah pole dan throw :
1. DPST (Double Pole Single Throw), relai golongan ini memiliki 6 terminal, diantaranya 4 terminal
   yang terdiri dari 2 pasang terminal saklar sedangkan 2 terminal lainnya untuk coil. Relai DPST
   dapat dijadikan 2 saklar yang dikendalikan oleh 1 coil.
2. SPST (Single Pole Single Throw), relai golongan ini memiliki 4 terminal, 2 terminal untuk saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.
3.    SPDT (Single Pole Double Throw), relai golongan ini memiliki 5 terminal, 3 terminal untuk saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.
4.        DPDT (Double Pole Double Throw), relai golongan ini memiliki terminal sebanyak 8 terminal, diantaranya terminal yang merupakan 2 pasang relai SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) coil. Sedangkan 2 terminal lainnya untuk coil. Selain golongan relai diatas, terdapat juga relai-relai yang Pole dan Throw-nya melebihi dari dua. Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.
       Berikut ini merupakan gambar dari jenis Relai berdasarkan Pole dan   Throw-nya  :

Gambar3 Jenis relai berdasarkan pole dan throw

Self holding Contactor


Apa Itu Self holding pada Contactor?


Selfholding di gunakan agar Contactor tetap aktif saat tombol push button ON kita lepas.

Perhatikan gambar
Listrik dari phase R masuk ke PB OFF ( PB OFF ini beruna memutus rangkaian saat di tekan ) dari PB OFF masuk Ke PB ON (PB ON ini berguna untuk menyambung rangkaian saat di tekan) , di PB ON ini lah Di di paralel dengan Normaly Open Contactor sehingga terjadi Shelfholding caranya denngan menghubungkan Input PB ON dengan Input NO contactor dan menghubungkan Output PB ON dengan Output NO contactor (Liat garis Ungu). 

Di antara A1 dan A2 terdapat Coil , Jika Coil ini tidak di aliri listrik maka Tidak ada arus yang keluar dari Output Contactor.... 
jika Coil ini terkena Listrik maka Coil ini akan menjadi magnet sehingga membuka Output Pada Contactor
Gunanya NO pada Contactor untuk mengaktifkan Coil saat Push Button ON dilepas. sehingga Contactor bisa aktif tanpa harus menekan push button ON terus menerus.

PB ON pada gambar di atas sebagai pemicu agar NO Contactor menyambungkan rangkaian.
Jadi prinsipnya , PB ON membantu arus listrik masuk ke Coil pada saat NO Contactor Terbuka.
Pada Saat Coil ada arus listrik maka NO contaktor tertutup sehingga arus dapat mengalir ke coil tanpa bantuan PB ON.

Saya kira Cukup Untuk pembahasan Self Holding Pada Contactor.
Semoga bermanfaat

Flip Flop IC 555

FLIP FLOP IC 555

Bagaimana cara membuat Flip Flop dengan IC 555?
Sekarang kita akan membahasnya.

IC 555 Sering di gunakan Sebagai timer ,... yang di mana IC 555 membutuhkan Kapisitor dan resistor untuk komponen pendukungnya.


IC NE 555
Merupakan IC yang di gunakan Untuk Timer yang dimana IC ini mempunyai 8 Kaki.
Nomer 1 sebagai Ground
Nomer 2 sebagai triger Untuk menjaga tegangan minimal pada kapasitor yaitu 1/3 Vcc .
Nomer 3 sebagai Output (bisa high / low)


Nomer 4 sebagai reset / mematikan IC (me-reset hanya jika diberi logika LOW) , Pin RESET harus di aliri listrik biar IC Hidup.
Nomer 5 sebagai control volt untuk mengatur kestabilan tegangan 
Nomer 6 sebagai Threshold untuk mereset RS Flip Flop jika tegangan pada pin ini melebih 2/3 Vcc
Nomer 7 sebagai discharge Untuk Timer , saat Pin Discharge dilalui arus dari Kapasitor maka pin Discharge akan mati yang kemudian membuat pin Output (no3) mati.
Jika Pin Ini Bernilai 1 maka Output Juga bernilai 1 , begitu sebaliknya.
Nomer 8 Sebagai Input VCC.


LANGSUNG KITA BUAT RANGKAIANNYA.

Keadaan Kapasitor saat Charging.

Keadaan disaat proses charging.
1. Arus dari Kutub positif batre masuk ke kaki 4 (reset) dan 8 (input Vcc) sehingga IC 555 hidup.
2. Resistor R1 di gunakan untuk menghalangi arus agar tidak menyalahkan Lampu D1 , jadi arus dari kaki 8 langsung keluar dari kaki 3 dan menyalakan lampu D2.
3. Resistor R4 dan R3 di gunakan untuk memperlama kegiatan Charger kapasitor sehingga Lampu D2 nyala lebih lama ,  (semakin besar hambatan semakin lama).
4. Pada saat ke adaan charging kaki 7 akan otomatis bernilai High karna fungsi kaki triger sehingga kaki 3 bernilai High juga , sehingga kaki 3 menjadi output dari IC 555
5. arus dari kutub positife batre memberi nilai High pada kaki 2 (Triger) dan kaki 6 (Threshold).
Kaki 2 Triger untuk memberikan perintah kapasitor untuk segera melakukan charging (isi daya) saat tegangan di kapasitor lebih rendah dari 1/3 dari Vcc (di contoh menggunakan Vcc 9 volt jadi kapasitor akan charging jika kapasitor di bawah 3 volt).
Kaki 6 Threshold untuk memberi perintah kapasitor untuk discharging ( melepaskan daya ) saat tegangan kapasitor melebihi 2/3 dari vcc ( di contoh berarti kapasitor akan discharging saat melebihi 6 volt).
6. Pada saat kapasior melebih 2/3 Vcc ini lah proses Charging berakhir , lampu D2 akan Mati dan Lampu D1 akan gantian menyalah.


Keadaan Kapasitor di Dis-Charging

Keadaan disaat proses Dis-charging.
1. Pada saat tegangan kapasitor melebihi 2/3 Vcc (di atas 6 volt pada gambar) maka kapasitor akan melepaskan tegangannya ( terjadi dis-charging) , ini karna fungsi kaki threshold.
2. kaki ke 7 pun bernilai 0 karna terjadi Discharging , pada saat kaki 7 benilai 0 maka kaki 7 memerintah kaki 3 agar bernilai 0 juga. sehingga kaki 3 beralih fungsi dari output menjadi Input.
3. Karna kaki 3 jadi Input maka arus dari batre lngsung menyalahkan lampu D1 dan masuk ke kaki 3 lalu keluar dari kaki 1 dan menuju negative batre.
4. pada saat tegangan di kapasitor berkurang sampai kurang dari 1/3Vcc ( kurang dari 3 volt pada gambar) maka kapasitor akan charging dan proses Dis-charging akan berakhir.
5. lamanya Dis-charging tergantung pada lamanya kapasitor melepaskan daya ke kaki 7 , maka atur lah besar hambatan R3 sesuai keinginan.

Selesai
Semoga bisa membantu....